Umrah mirip dengan ibadah haji, kecuali dalam umrah tidak ada wukuf
di Arafah, tidak mabit di Muzdalifah dan tidak ada ada bermalam di Mina
untuk melontar jamarat.
Setidak-tidaknya ada lima
perbedaan utama antara ibadah haji dan ibadah umrah. Dan untuk lebih
detail tentang perbedaan haji dan umrah, bisa kita rinci menjadi :
1. Haji Terikat Waktu Tertentu
Ibadah
haji tidak bisa dikerjakan di sembarang waktu. Dalam setahun, ibadah
haji hanya dikerjakan sekali saja, dan yang menjadi intinya, ibadah haji
itu harus dikerjakan pada tanggal 9 Dzulhijjah, yaitu saat wuquf di
Arafah, karena ibadah haji pada hakikatnya adalah wuquf di Arafah.
Maka
seseorang tidak mungkin mengerjakan ibadah haji ini berkali-kali dalam
setahun. Ibadah haji hanya bisa dilakukan sekali saja. Dan rangkaian
ibadah haji itu sudah dimulai sejak bulan Syawwal, Dzulqa'dah dan
Dzulhijjah.
Sebaliknya, ibadah umrah bisa dikerjakan kapan
saja tanpa ada ketentuan waktu. Bisa dikerjakan 7 hari dalam seminggu,
30 hari dalam sebulan dan 365 hari dalam setahun.
Bahkan
dalam sehari bisa saja ibadah umrah dilakukan berkali-kali, mengingat
rangkaian ibadah umrah itu sangat sederhana, yaitu niat dan berihram
dari miqat, tawaf di sekeliling Ka’bah, lalu diteruskan dengan
mengerjakan ibadah sa'i tujuh kali antara Shafwa dan Marwah dan terkahir
ber-tahallul. Secara teknis bila bukan sedang ramai, bisa diselesaikan
hanya dalam 1-2 jam saja.
2. Haji Harus ke Arafah Muzdalifah Mina
Ibadah
haji bukan hanya dikerjakan di Ka’bah saja, tetapi juga melibatkan
tempat-tempat manasik lainnya, di luar kota Mekkah. Dalam ibadah haji,
selain kita wajib bertawaf di Ka’bah dan Sa'i di Safa dan Marwah yang
posisinya terletak masih di dalam masjid Al-Haram, kita juga wajib
mendatangi tempat lain di luar kota Mekkah, yaitu Arafah, Muzdalifah dan
Mina.
Secara fisik, ketiga tempat itu bukan di Kota
Mekkah, melainkan berada di luar kota, berjarak antara 5 sampai 25 Km.
Pada hari-hari di luar musim haji, ketiga tempat itu bukan tempat yang
layak untuk dihuni atau ditempati manusia, sebab bentuknya hanya padang
pasir bebatuan. Padahal di ketiga tempat itu kita harus menginap
(mabit), berarti kita makan, minum, tidur, buang hajat, mandi, shalat,
berdoa, berdzikir dan semua aktifitas yang perlu kita kerjakan, semuanya
kita lakukan di tengah-tengah padang pasir.
Untuk itu
kita harus terbiasa berada di dalam tenda-tenda dengan keadaan yang
cukup sederhana. Mengambil miqat sudah terjadi pada saat awal pertama
kali kita memasuki kota Mekkah. Misalnya kita berangkat dari Madinah,
maka miqat kita di Bi'ru Ali. Begitu lewat dari Bi'ru Ali, maka kita
sudah menngambil miqat secara otomatis. Lalu kita bergerak menuju Ka’bah
yang terdapat di tengah-tengah masjid Al-Haram, di pusat Kota Mekkah,
untuk memutarinya sebanyak 7 kali putaran.
Sedangkan ibadah umrah hanya melibatkan Ka’bah dan tempat sa’i, yang secara teknis semua terletak di dalam Masjid Al-Haram.
Jadi
umrah hanya terbatas pada Masjid Al-Haram di kota Mekkah saja. Karena
inti ibadah umrah hanya mengambil berihram dari miqat, tawaf dan sa'i.
Semuanya hanya terbatas di dalam masjid Al-Haram saja.
3. Haji Hukumnya Wajib
Satu
hal yang membedakan antara umrah dan haji adalah hukumnya. Umat Islam
telah sampai kepada ijma' bahwa ritual ibadah haji hukumnya wajib,
fardhu 'ain bagi setiap muslim yang mukallaf dan mampu. Bahkan ibadah
haji merupakan salah satu dari rukun Islam. Dimana orang yang
mengingkari kewajiban atas salah satu rukun Islam, dan haji termasuk di
antaranya, bisa dianggap telah keluar dari agama Islam.
Tidak seorang pun ulama yang mengatakan ibadah haji hukumnya sunnah, semua sepakat mengatakan hukumnya wajib atau fardhu 'ain.
Berbeda
dengan ibadah umrah. Para ulama tidak sepakat atas hukumnya. Sebagian
bilang hukumnya sunnah, dan sebagian lainnya mengatakan hukum wajib.
Ibadah
umrah menurut Mazhab Al-Hanafiyah dan Al-Malikiyah hukumnya sunnah
bukan wajib. Sedangkan pendapat Mazhab Asy-Syafi'iyah dan Al-Hanabilah
mengatakan bahwa umrah hukumnya wajib minimal sekali seumur hidup.
Namun
sesungguhnya secara teknis, semua orang yang menunaikan ibadah haji,
secara otomatis sudah pasti melakukan ibadah umrah. Karena pada dasarnya
ibadah haji adalah ibadah umrah plus dengan tambahan ritual lainnya.
4. Haji Memakan Waktu Lebih Lama
Perbedaan yang lain antara ibadah haji dan umrah adalah dari segi durasi atau lamanya kedua ibadah itu.
Secara
teknis praktek di lapangan, rangkaian ritual ibadah haji lebih banyak
memakan waktu dibandingkan dengan ibadah umrah. Orang melakukan ibadah
haji paling cepat dilakukan minimal empat hari, yaitu tanggal 9-10-11-12
Dzulhijjah. Itu pun bila dia mengambil nafar awal. Sedangkan bila dia
mengambil nafar tsani, berarti ditambah lagi menjadi 5 hari.
Sementara
durasi ibadah umrah hanya membutuhkan waktu 2 sampai 3 jam saja. Karena
secara praktek, kita hanya butuh 3 pekerjaan ringan, yaitu berihram
dari miqat, bertawaf tujuh kali putaran di sekeliling Ka’bah, lalu
berjalan kaki antara Shafa dan Marwah tujuh kali putaran, dan bercukur
lalu selesai.
Sehingga lepas dari masalah hukumnya boleh
atau tidak boleh sesuai perbedaan pendapat ulama, seseorang bisa saja
menyelesaikan satu rangkaian ibadah umrah dalam sehari sampai dua atau
tiga kali, bahkan bisa sampai berkali-kali.
5. Haji Butuh Kekuatan Fisik Lebih
Ibadah
haji membutuhkan kekuatan fisik yang lebih besar dan kondisi kesehatan
tubuh yang prima. Hal itu karena ritual ibadah haji memang jauh lebih
banyak dan lebih rumit, sementara medannya pun juga tidak bisa dibilang
ringan, sehingga ritualnya pun juga sedikit lebih sulit untuk
dikerjakan.
Di ketiga tempat yaitu Arafah, Muzdalifah dan
Mina, memang prinsipnya kita tidak melakukan apa-apa sepanjang hari.
Kita hanya diminta menetap saja, boleh makan, minum, istirahat, buang
hajat, tidur, ngobrol atau apa saja, asal tidak melanggar larangan
ihram. Kecuali di Mina, selama tiga hari kita diwajibkan melakukan
ritual melontar tiga jamarat, yaitu Jumratul Ula, Jumrah Wustha dan
Jumrah Aqabah.
Teorinya sederhana, tetapi karena
momentumnya berbarengan dengan jutaan manusia dalam waktu yang amat
semput, ternyata urusan wuquf di Arafah, bermalam di Muzdalifah sampai
urusan melontar ini menjadi tidak mudah, karena berdesakan dengan tiga
jutaan manusia dari berbagai bangsa. Seringkali terjadi dorong-dorongan
hingga menimbulkan korban nyawa yang tidak sedikit.
Dan
karena terjadi pergerakan massa dalam jumlah jutaan, antara Mina,
Arafah, Muzdalifah dan juga kota Mekkah, maka seringkali jatuh korban,
baik luka, sakit atau pun meninggal dunia. Dan mengatur tiga juga
manusia yang berlainan bahasa, adat, tradisi dan karakter bukan perkara
yang mudah.
Semua itu tidak terjadi dalam ibadah umrah,
karena tidak ada tumpukan massa berjuta dan tidak sampai terjadi
pergerakan massa dari satu tempat ke tempat lain. Sebab Ka’bah dan Shafa
Marwah berada di satu titik, yaitu di dalam masjid Al-Haram. Lagi pula
umrah boleh dikerjakan kapan saja, tidak ada durasi waktu yang
membatasi.
Maka ibadah umrah lebih sedikit dan singkat,
karena hanya mengitari Ka’bah tujuh kali dan berjalan bolak-balik dari
Safa dan Marwah tujuh kali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar